Mewujudkan cita cita
demi ayah tercinta
Nama ku
Diyah aku bersekolah di SMA bhayangkari.aku hidup dengan ayahku tapi tidak
untuk bersamanya. Ya tidak bersamanya! karena ayahku berada di rumah sakit
untuk menjalani penyembuan.Beliau terkena penyakit kanker sejak aku dibangku
SMA kelas 10. Aku tinggal di rumah sendiri bersama bibi pengasuh dirumah.
Kalian pasti bertanya-tanya dimana Ibuku. Ibuku telah bercerai dengan ayahku.
Beliau menceraikan ayah disaat ayah terkena penyakit kanker.
Disaat
ayah terkena penyakit kanker dan di bawah ke rumah sakit.Lalu Ibu yang pergi
meninggalkan rumah aku sempat binggung harus berada di mana?bersama siapa? .
Ibu sempat ingin membawaku pergi juga tapi aku menolak dan malah meninggalkan
rumah. Entah mengapa tubuh ini malah membawa diriku menuju rumah sakit ayah.
Aku
melihatnya dari luar kaca karena beliau berada dalam ruangan ICU. Melihat
beliau yang di tempeli dengan berbagai selang dan beberapa suntikan dari jarum
suntik,membuat mata ini menitihkan air mata.
Aku tak
kuasa melihatnya beliau seperti tertekan dengan berbagai suntikan. Ingin sekali
memeluknya dan berkata: Ayah maafkan aku,aku merindukanmu.
Aku memang
sering tidak berbincang dengan beliau karena beliau selalu sibuk dengan
pekerjaannya. Apalagi aku yang sering pulang sore karena disekolah selalu ada
kegiatan tambahan. Dan belum lagi selesai pulang sekolah aku harus menerima
bimbingan belajar.
Jadi
selama aku di rumah hanya untuk tidur dan makan. Karena di hari minggu aku
harus mengikuti ekstrakulikuler Pramuka bersama teman-teman.
Aku selalu
aktif di semua mata pelajaran maupun di ekstrakulikuler. Karena itu semua
keinginan Ayah yang ingin melihatku sukses ketika aku besar nanti.
Meskipun begitu melihatnya sekarang yang terkapar di ranjang
rumah sakit dengan selang selang yang ditempelkan di bandannya aku merasa
bersalah karena tak sempat memiliki waktu untuk bersama.
Setelah
melihat ayah dirumah sakit aku berjalan-jalan di taman rumah sakit sampai
berfikir,apakah aku harus ikut bersama Ibu atau aku harus menemani Ayah yang
sakit tak berdaya.
Tiba -
tiba ada anak kecil yang menangis .Aku menghampirinya dan bilang ‘’kamu
kenapa?’’. Tetapi anak kecil itu malah menggandeng tanganku dan menarik
tanganku seperti akan menunjukkan sesuatu. Anak kecil itu lalu berhenti di
depan kamar rumah sakit.Aku masuk dan yang kudapat hanya ada tubuh lelaki
dewasa yang telah ditutup kain putih. Dia berkata ‘’apakah ayah ku akan
kembali?aku ingin sekali bersenang-senang kembali dengannya’’ sambil terisak.
Aku tak
kuasa melihatnya betapa besar cinta anak kecil ini untuk ayahnya.Ayahnya telah
meninggal dia terlalu dini untuk mengetahui semua ini. ‘’Ayahmu sudah bersama
tuhan sekarang jadi jangan sedih,ayahmu sedang ada disini melihatmu sambil
tersenyum dia ingin anaknya untuk tetap kuat dan tidak akan menangis’’ kataku.
‘’Benarkah baiklah kalau ayah tidak ingin melihatku menangis aku akan tersenyum
setiap saat’’kata anak kecil itu.Sesudah itu aku mengantar anak kecil itu
menuju ke Ibunya.
Setelah melihat kejadian itu aku teringat ayah
,meskipun ayah tak sadarkan diri pasti ayah butuh semangat dariku karena aku
adalah anaknya.
Aku
memutuskan untuk pulang kerumah karena hari mulai larut. Dirumah hanya ada bibi
yang menungguku di ruang tv.aku sempat bertanya kepada bibi ‘’apakah ibu akan
kembali lagi kerumah?’’ . bibi hanya tersenyum dan mengelus rambutku. Aku tau
jawabannya pasti tidak akan karena aku tau sikap ibu yang sedikit keras kepala.
Meskipun Ibu pergi meninggalkan aku dan ayah,aku tidak akan membencinya karena
aku adalah darah dagingnya.
Esoknya
aku berangkat sekolah. Aku berangkat sekolah selalu menggunakan kendaraan
umum.karena ayah menyuruhku untuk lebih bersosialisasi dan lebih mencintai
alam.
Sampai
disekolah aku duduk di depan bersama temanku Ninda,bias dibilang kami adalah
siswa terpelajar.tapi ketika peristiwa Ibu pergi dari rumah dan Ayah yang
tergeletak di Rsu pikiran sekolah dan pribadiku sedikit terpecah-pecah.Beberapa mata pelajaran aku tidak
bias berkonsentrasi karena masalah pribadi yang harus aku pikirkan.
Keberadaan
Ninda membuatku lebih mendingan karena ada seseorang yang setia bersamaku . Aku
sering menceritakan isi hatiku kepadanya. Mulai dari berita senang atau susah
aku selalu menceritakan kepadanya. Kita memang bersahabat mulai kita di bangku
Smp.dan kita melanjutkan ke bangku Sma bersama-sama lagi.
Memang
tidak ada kata bosan kalau sedang bersamanya.
Setelah
mata pelajaran selesai dan bel pulang sekolah berbunyi aku memutuskan untuk
tidak mengikuti tambahan kelas karena hari ini aku ingin pergi menuju makam
sang nenek.Tak lupa aku juga membeli sepucuk bunga kesukaannya.
Tapi
disaat aku ingin menuju makam nenek ada seorang wanita yang telah mengunjunginya.
Sempat bertanya-tanya itu siapa?akhirnya aku memutuskan untuk menguntitnya. Dia
berpakaian serba hitam ,memakai kacamata hitam dan memakai selendang hitam
tipisnya. Wanita itu benar-benar tampak seperti Ibu dari wujud belakang. Dan
beberapa menit kemudian wanita tersebut pergi meninggalkan makam. Sepertinya
wanita itu habis menangis karena terlihat pada selendang hitamnya yang basa.
Selesai
wanita itu pergi aku langsung menghampiri makam nenek dan menaruh sepucuk bunga
untuknya.tak lupa aku membacakan doa untuknya. Tapi disaat aku ingin
meninggalkan makam aku melihat ada sepucuk surat yang tergeletak di samping
nisan sang nenek.apakah surat ini dari wanita itu?’’benakku. Aku langsung
memasukkan surat tersebut kedalam tasku dan bergegas pulang karena sepertinya
akan turun hujan.
Sampai
dirumah aku langsung masuk kedalam kamar dan bergegas ingin membaca surat
tersebut. Tapi sialnya terjadi pemadaman listrik karena hujan terlalu lebat.
Aku
memanggil-manggil bibi untuk mengambilkan senter. Setelah senter ada didalam
dekapanku aku segera membuka surat tersebut dan bergegas membacanya.
‘’Maafkan
aku tak bias menempati janjimu ibu. Aku gagal menjadi ibu yang baik sepertimu.
Keegoisanku terlalu kuat. Aku lebih memilih meninggalkan anak dan suamiku untuk
lebih memilih karir ku. Maafkan aku.
Salam
Rindu dari anakmu,
Rinda.
Jadi
ternyata tebakan ku tadi benar.jadi yang tadi di makam nenek itu Ibu.Kenapa aku
tadi tidak memeluknya saja. Aku benar-benar merindukannya.betapa bodonya
aku.Tapi kalau aku bertemu dengannya apakah dia akan menerimaku.kalau dia
berpura-pura tidak mengenalku bagaimana?’’Tiba-tiba air mata ini pecah
bersamaan rintiknya air hujan yang deras.Menangis mulai membuatku terlelap
dimalam yang hujan.
Hari ini
aku memutuskan untuk pergi kerumah sakit untuk menjenguk ayah . karena hari ini
Ayah akan dipindahkan dari kamar ICU ke kamar rawat. Kondisi ayah sekrang sudah
mulai membaik meski belum sadarkan diri.
Dikamar
rawat aku benar-benar merindukan sosok ayah yang biasanya memelukku dan
menggendongku disaat kecil. Tangan ini seraya ingin menyentuh tangan ayah yang
lembut.tapi tangisku mulai jatuh ,melihat dirinya yang terkapar di rancang
membuat diriku tak tega melihatnya. Ingin sekali bercanda tawa dengan beliau
seperti disaat diriku masih balita dulu.
Tak lama Dokter datang untuk memeriksa keadaannya. Aku
memutuskan untuk keluar kamar supaya tak mengganggunya. Seperti biasa aku
memutuskan untuk pergi ke halaman rumah sakit untuk menghirup udara segar
disana. Sesekali aku melihat sekeliling dan memperhatikan beberapa orang yang
sedang berbincang dengan sanak saudaranya. Aku melihatnya sangat iri. Kapan aku
bisa bercanda tawa bersama keluarga seperti mereka, melepas rindu dengan senyum
yang melintang di mukanya.
Aku pun memutuskan masuk kedalam karena cuaca diluar
sudah mulai dingin. Aku pun pergi menuju kamar Ayah. Tapi tiba-tiba aku
berpapasan dengan wanita yang sepertinya pernah aku lihat. Wanita itu memakai
kacamata hitam dan masker dengan syal hitamnya. Wanita itu benar-benar mirip
dengan wanita yang di makam kemarin sore. Tapi aku tak peduli dan terus menuju
kamar ayah sekarang.
Aku masuk kedalam kamar ayah tapi kenapa pintu kamar
tadi terbuka?apakah dokter tadi lupa menutup pintu?ah sudah lah yang penting
ayah tak kenapa-kenapa,benakku. Aku pu menghabiskan waktu minggu ku di rumah
sakit bersama ayah meski ayah tak bisa berkomunikasi denganku tapi yang penting
aku selalu berinteraksi dengannya. Tak terasa hari mulai sore aku pun
memutuskan untuk pulang kerumah.tak lupa aku berpamitan kepada beliau ‘’ayah
terima kasih untuk hari ini,aku akan pulang.hati-hati aku peraya kau akan
sembuh.aku mencintaimu.’’
Aku keluar kamar dan meninggalkan rumah sakit. Tiba-tiba
aku mencium aroma yang dulu pernah aku cium. Memang benar-benar tak asik. Entah
apa yang menghasutku untuk memilih mengikuti bau aroma tersebut. Dan aku malah
berada didepan resto yang dulu pernah aku kuncungi bersama ayah dan ibu ketika
aku masih kecil. Tempat resto itu sama seperti dulu tak berubah sama
sekali,jadi aku bisa mengenang semua tentang mereka berdua.
Aku duduk ketempat yang biasa kami duduki seperti
dulu dan aku memesan masakan yang dulu pernah kami makan bersama. Setelah beberapa
menit makanan pun datang. Aku memesan sup sumsum kesukaan ayah. Ayah selalu
mengajak kita kesini ketika musim gugur karena menu sup sumsumnya sangat cocok
ketika musim gugur. Rasanya masih sama seperti dulu sumsumnya masih selembut
dan seenak dulu.
Komentar
Posting Komentar